Senin, 24 Januari 2011

NASKAH PIDATO

DUNIA PENDIDIKAN INDONESIA
Assalamu’alaikum Wr. Wb.
            Yang terhormat Bp Sukirno selaku Kepala SMA N 1 Sragen. Yang saya hormati guru pembimbing Bahasa Indonesia, Ibu Woro Tri Marheningsih serta teman – teman yang saya sayangi dan saya banggakan. Marilah kita panjatkan puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah mempertemukan kita semua di ruangan ini dalam keadaan sehat wal afiat. Sebelumnya saya ucapkan terima kasih kepada teman-teman yang telah mendukung saya dan terutama pada Ibu Woro Tri Marheningsih, yang telah menjelaskan kepada saya dan teman-teman bagaimana cara membuat pidato. Tema yang saya ambil dalam pidato kali ini adalah Pendidikan dengan judul “ Dunia Pendidikan Indonesia ”. Saya memaparkan hal ini bertujuan agar kita semua mengetahui bagaimanakah sebenarnya kondisi dunia pendidikan yang ada di negara kita tercinta, Indonesia.
            Pendidikan adalah proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan untuk dirinya dan masyarakat. Salah satu dasar utama dalam pendidikan adalah untuk mengajar kebudayaan melewati generasi.
            Pendidikan biasanya berawal pada saat seorang bayi dilahirkan dan berlangsung seumur hidup. Bagi sebagian orang yang telah berpengalaman, kehidupan sehari – hari lebih berarti daripada pendidikan formal. Seperti kata Mark Twain, "Saya tidak pernah membiarkan sekolah mengganggu pendidikan saya". Anggota keluarga biasanya mempunyai peran pengajaran yang amat mendalam. Bahkan lebih mendalam dari yang kita sadari, walaupun pengajaran anggota keluarga berjalan secara tidak resmi.
            Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari sesuatu maka di dalamnya tidak saja proses berpikir yang ambil bagian tapi juga ada unsur – unsur yang berkaitan dengan perasaan seperti semangat, suka dan lain-lain. Substansi pendidikan menurut Ki Hajar Dewantara adalah membebaskan manusia dan menurut Drikarya adalah memanusiakan manusia.
            Lalu bagaimana dengan pendidikan di Indonesia? Apakah pendidikan di Indonesia memperhatikan permasalahan detail seperti ini? Inilah salah satu kesalahan terbesar metode pendidikan yang dikembangkan di Indonesia. Pendidikan kita sangat tidak memperhatikan aspek afektif (merasa), sehingga kita hanya tercetak sebagai generasi – generasi yang pintar tapi tidak memiliki karakter – karakter yang dibutuhkan oleh bangsa ini.
            Kesalahan keduanya adalah sistem pendidikan yang top – down atau dari atas kebawah. Freire menyebutnya dengan banking – system. Dalam artian peserta didik dianggap sebagai safe – deposit – box dimana guru mentransfer bahan ajaran kepada peserta didik. Jadi peserta didik hanya menampung apa yang disampaikan guru tanpa mencoba untuk berpikir lebih jauh tentang apa yang diterimanya. Dalam istilah bahasa arab pendidikan seperti ini dikatakan sebagai taqlid. Artinya menerima atau mengikuti apa saja yang dikatakan oleh para pendidik. Dan ini tidak sejalan dengan substansi pendidikan yang membebaskan manusia, sebagaimana yang telah dikemukakan oleh Ki Hajar Dewantara. Kesalahan ketiga adalah saat ini banyak terjadi penyempitan makna dari pendidikan itu sendiri ketika istilah – istilah industri mulai meracuni istilah pendidikan. Hal ini ditandai dengan bergantinya manusia menjadi Sumber Daya Manusia (SDM).
            Banyak sekali masalah pendidikan yang terjadi di Indonesia saat ini. Apa saja masalah tersebut? Masalah tersebut antara lain adalah :
Ø Negara belum mampu melaksanakan amanat UUD 1945 yaitu tentang 20% APBN untuk pendidikan.
Ø Sarana dan prasarana pendidikan yang kurang mendukung.
Ø Keprofesionalan guru yang rendah.
Ø Pendidikan dijadikan sebagi komoditas politik dalam pilkada-pilkada yang ditandai dengan adanya kampanye pendidikan gratis.
Ø Belum meratanya pendidikan yang layak bagi seluruh daerah diIndonesia.
Ø Kurikulum hanya jadi ajang trial & error ( selalu berubah - ubah ).
Ø Link antara sekolah dan dunia nyata yang tidak sejalan terutama pada sekolah – sekolah umum.
Ø Infrastruktur yang buruk.
Ø Birokrasi yang berbelit.
Ø Kapitalisme pendidikan.
            Saya akan menjelaskan sedikit tentang masalah – masalah diatas. Untuk mengatasi berbagai kekurangan ini, pemerintah telah mengupayakan berbagai hal agar kualitas pendidikan di Indonesia bisa berkembang dan maju.
            Pendidikan Indonesia selalu gembar – gembor tentang kurikulum baru yang katanya lebih oke, lebih tepat sasaran, lebih kebarat-baratan atau apapun. Di balik perubahan kurikulum yang terus-menerus, yang kadang kita tidak mengerti apa maksudnya, ada elemen yang benar-benar terlupakan, yaitu guru. Guru di Indonesia hanya 60% saja yang layak mengajar. Sisanya masih perlu pembenahan. Kenapa hal itu terjadi? Tak lain tak bukan karena kurangnya pembinaan terhadap kurikulum baru.
            Guru, digugu dan ditiru. Masihkah slogan itu berlaku? atau hanya sebagai slogan klise yang sudah kuno? Murid sekarang saja sedikit yang menghargai gurunya. Demikian juga pemerintah, banyak yang memandang rendah terhadap guru, sehingga orang pun tidak termotivasi menjadi guru. Padahal, tanpa sosok Oemar Bakri ini, tidak akan ada yang namanya Habibi.
            Yang tidak bisa dilupakan adalah Indonesia dihadapkan pada kasus yang mencoreng nama pendidikan. Kasus jual beli gelar yang dipraktekkan oleh IMGI. Cara memperoleh gelar ini sangatlah mudah, anda tinggal menyetor 10 – 25 juta dan anda dengan mudah sudah mendapatkan gelar yang anda inginkan. Tinggal pilih, apakah S1, S2, atau S3. Benar-benar memprihatinkan. Dan tidak tanggung – tanggung yang pernah membeli gelar dari IMGI ini sekitar 5000 orang. Ini adalah protet buram masyarakat Indonesia yang terlalu memuja gelar melampaui batas.
Sudah menjadi rahasia umum jika pendidikan di Indonesia sekarang sangat mahal. Masuk TK saja bisa mencapai ratusan ribu maupun jutaan rupiah, belum lagi kalau masuk SD – SMP – SMA – Universitas yang favorit. Kalau dihitung, seseorang yang masuk TK sampai dengan universitas yang favorit akan menghabiskan 100 juta lebih. Padahal Malaysia, Jerman, bahkan Kuba sekalipun bisa membuat pendidikannya sangat murah dan dapat diakses oleh sebagian besar lapisan masyarakatnya. Lalu bagaimana caranya agar pendidikan di Indonesia bisa murah? Ini bukan persoalan gampang dan jelas butuh pemikiran mendalam.
            Jika kita bandingkan dengan negara – negara tetangga, maka dalam dunia pendidikan, Indonesia masih harus belajar banyak. Padahal pada waktu tahun 70an sampai 80an keadaan pendidikan di Indonesia dan Malaysia tidak begitu berbeda dan beberapa guru dari Indonesia dibawa ke Malaysia untuk membantu. Sekarang pendidikan di Malaysia sudah termasuk yang paling baik di dunia. Tetapi bagaimana dengan perkembangan pendidikan di Indonesia? Bisa dikatakan bahwa pendidikan di Indonesia sama sekali tidak mengalami kemajuan.
            . Satu – satunya jalan untuk mencerdaskan bangsa adalah dengan meningkatkan pendidikan demi untuk menjadikan bangsa yang cerdas melalui sistem pendidikan nasional yang menyeluruh dan terencana. Selama manusianya cerdas maka ia mempunyai kebijakan dan kebajikan dalam jiwanya. Semuanya baru dapat terwujud melalui pendidikan yang tertata rapi. Pendidikan yang mampu mencerdaskan, menguasai sains dan teknologi. Itulah nanti yang akan mengubah bangsa Indonesia menjadi Indonesia baru.
            Jadi kita sebagai generasi penerus harus memikirkan bagaimana dunia pendidikan Indonesia kedepannya. Karena kitalah yang harus menumbuhkan jiwa independensi, menggerakkan pernyataan diri dan para pendidik, mengajar siswa untuk hidup dalam harmoni dengan menghargai adanya perbedaan. Ke depannya, sistem pendidikan harus berubah dari instruksional menjadi motivasional berprestasi, berkreasi, dan berbudi pekerti. Pastinya kita semua tidak akan mau melihat Negara kita tercinta terus terpuruk dalam keterbelakangan dunia pendidikan bukan? Maka dari itu mulai sekarang kita harus mulai memikirkan mau dibawa kemana nantinya pendidikan Indonesia ini? Menjadikan dunia pendidikan kita sukses, bermutu tinggi serta dapat terjangkau oleh berbagai kalangan. Tentunya hal itu tidak mudah tapi itulah yang menjadi PR untuk kita semua. Teruslah berusaha dan jangan mudah menyerah dalam memajukan kwalitas dunia pendidikan Indonesia. Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga bermanfaat bagi kita semua. Mohon maaf apabila ada kesalahan dan kekurangan dari apa yang telah saya sampaikan. Sekian dan terima kasih.
Wassalamu’alaikum Wr Wb.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar